Ø
Sejarah
Sekte islam syiah terutama di persia selalu mengajarkan
12 orang keturunan Ali yang sah.12 orang tersebutlah yang menunjukan pintu
gerbang kepada pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju kebenaran agama.imam
yang ke 12 hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu percaya bahwa suatu
saat nanti dia akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
Ø
Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab
dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819 di Shiraz Iran,bab berasal dari
keluarga terkemuka dan mulia merupakan keturunan nabi Muhamad.ayahnya meninggal
ketika bab masih kecil dan bab diasuh dan di besarkan oleh pamanya.ketika
sekolah ia memiliki kemampuan yang luar biasa dan akhirnya ia keluar dari
sekolah dan ketika dewasa ia bekerja bersama pamanya sebagai pedagang di
Bushihr sebuah kota di barat daya kota shiraz,pada saat itulah bab menikah dan
mempunyai anak yang bernama Ahmad dan meninggal ketika masih bayi pada tahun
sebelum bab mengumumkan dirinya sebagai qaim yang dijanjikan.
Sekitar tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota
kota suci syiah di irak tempat dia menjalin kontak langsung dengan Sayyid khazim Rasyti pemimpin madzhab
syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris.
Setelah wafatnya Sayyid Khazim pada awal tahun 1844
seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Mulla Husayn pergi ke sebuah
masjid dan bermeditasi selama 40 hari.mulla Husayn terus kesana kemari mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan
akhirnya ia ketemu dengan bab dan setelah berbincang bincang lalu bab
menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa beliaulah qaim yang di janjikan,ia
menulis dengan sangat cepat bagian
pertama dari tafsirnya al-qur’an surat yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata
berikut kepada mulla Husayn:[2]
Ø Baha’i pasca
Bahaullah
1.
Abdul Baha
Setelah
wafatnya Bahaullah agama bahai mengalami perkembangan yang diteruskan oleh
anaknya Abdul baha sehingga menyebar ke belahan dunia. Abdul baha adalah anak
dari bahaullah dan Asiyih khanun yang dilahirkan pada 23 mei 1844di kota
therran dengan nama Abbas yang lebih senang di panggil Abdul baha.dalam
wasiatnya bahaullah menunjuk abdul baha sebagai pusat perjanjian dan juru
tafsir agama bahai.hal itu untuk menjamin agar agama bahai tidak mengalami
perpecahan.Abdul baha mengalami pengasingan dan pemenjaran yang panjang bersama
ayahnya.setelah dia di bebaskan akibat dari Revolusi pemuda turki pada tahun
1908.pada tahun 1910-1913 Abdul baha mengadakan perjalanan ke berbagai negara
diantaranya mesir,inggris,scotlandia,prancis,Amerika serikat,jerman,Australia
dan hungaria.dimana dia mengumkan prinsip-prinsip agama bahai.Abdul baha juga
mengirikan ribuan surat ke masyarakat bahai di iran.pada tanggal 28 November
Abdul baha meninggal di haifa dan dikuburkan di salah satu ruang dari makam
bab.
2.
Balai keadilan Sedunia
Dalam
wasiatnya Abdul baha menunjuk cucunya Shogi effendi ditunjuk sebagai wali dalam
agama bahai dan selama hidupnya shogi effendi menterjemahkan banyak tulisan
Bahaullah dari Abdul baha kedalam bahasa inggris dan menjelaskan makna dari
tulisan-tulisan suci.[3]
Menurut
kitab Aqdas urusan bahai setempat dan nasional harus ditangani oleh badan-badan
musyawarah yang sekarang dinamakan majlis rohani pada tingkat internasional
kitab i Aqdas menetapkan sebuah lembaga yang dinamakan balai keadilan sedunia
yang didirikan pada tahun 1963 dengan markas besarnya di Haifa dan
israel.antara tahun 1921 dan 1963 didirikanlah badan internasional dibawah
bimbingan Shogi effendi.biro intenasional yang berbasis di jenewa dari tahun
1925 hingga 1957 dan dewan bahai internasional dengan delapan anggota yang
diangkat oleh shogi effendi pada 1950.pendirian dua badan tersebut sebagai
perintis jalan bagi pendirian balai keadilan sedunia.periode dan pemilihan
pengurus bagi balai keadilan dunia setiap lima tahun dan untuk semua majlis
rohani nasional dan majlis rohani lokal dipilih setiap dua tahun sekali dan
pemilihanya berlangsung pada hari ridvan[4].
Ø
Ajaran Baha’i
·
Ke esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang
Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi
untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua agama yang
bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati,
mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.
“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia,
dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber
surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat
Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat
tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan
manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu,
Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul
dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk
menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat
dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda
Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat
manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
·
Kitab Suci
Kitab Suci yang terdapat dalam Agama Bahai yaitu Al-bayan(berisi
hukum-hukum yang menghidupkan makna yang belum terungkap sebelumnya dan
mayoritas menggambarkan akan kedatangan Bahaullah,sembilan belas harian
kalender bahai.Al-Aqdas(berisi hukum-hukum ajaran bahaullah berupa
pernikahan,warisan,sembahyang dan yang lainya)Iqan(berisi untuk memberikan
kepercayaan atau keyakinan kepada umat bab)kalimat tersembunyi(berisi
Nasihat-nasihat manusia untuk hidup)
·
Sembahyang
Dalam Agama bahai sembahyang ada tiga macam yaitu:
Ø
Sembahyang
panjang dilaksanakan 1x dalam 24 jam
Ø
Sembahyang
menengah dilaksanakan 3xsehari yaitu pagi,tengah hari dan petang
Ø
Sembahyang
pendek dilaksanakan 1x dalam 24 jam pada tengah hari
Setiap orang bebas memilih salah satu dari tiga macam
sembahyang tersebut tetapi ia wajib melaksanakan salah satunya.sebelum
sembahyang ia wajib wudhu dulu(membasuh tangan dan muka)dan ketika sembahyang
menghadap kiblat.
·
Percaya
kepada para Rasul sebagai utusan Tuhan
Agama
Bahai percaya kepada para rasul yang telah diturunkan oleh Tuhan kedunia untuk
membimbing manusia kejalan yang benar dan lurus.seperti
ibrahim,musa,krisnha,musa,isa,muhamad dan Bahaullah.disetiap masa Rosul akan
mengirimkan rasul karena manusia selalu membutuhkan pembimbing untuk
mengarahkan manusia.ajaran dan hukum yang dibawa para rosul untuk manusia tidak
berlaku selamanya karena kondisi di dunia selalu berubah[5].
·
Keselarasan
dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya bahwa tujuan agama
adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling
menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda
akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif
berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek yang memajukan persatuan agama
dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat
Bahá’í menghormati keanekaragaman dalam melakukan ibadah keagamaan.
penuh semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak,
melupakan manfaat duniawi bagi dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan
umum.”-----‘Abdu’l-Baha
·
Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Bahá’í di
seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Bahá’í merangkul
orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam
profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya bersatu demi
mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman dihormati dan
dihargai; dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat manusia, dengan
segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
“Orang-orang yang dianugerahi dengan
keikhlasan dan iman seharusnya bergaul
dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira dan hati yang
cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah memajukan dan akan
terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu
memelihara ketentraman di dunia serta memperbarui
bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh
“Engkau adalah buah-buah dari satu
pohon, dan daun-daun dari satu dahan. Bergaullah engkau satu sama lain dengan
penuh cinta dan keselarasan , dengan persahabatan dan persaudaraan. Sedemikian
kuat cahaya persatuan itu sehingga dapat menerangi seluruh dunia.” Bahá’u’lláh
“Keanekaragaman umat manusia
seharusnya menjadi penyebab cinta dan keselarasan, seperti halnya dalam musik
di mana banyak nada yang berbeda-beda dipadukan dalam sebuah paduan nada yang
sempurna. Jika engkau bertemu dengan orang-orang dari ras atau warna kulit yang
berbeda denganmu, janganlah mencurigai mereka dan menarik dirimu ke dalam
cangkang adatmu, tetapi sebaliknya bergembiralah dan perlihatkanlah keramahan
terhadap mereka. Anggaplah mereka sebagai bunga-bunga mawar yang
berwarna-warni, yang tumbuh di kebun indah kemanusiaan, dan bergembiralah
karena engkau berada bersama mereka.
Demikian juga, jika engkau bertemu
dengan orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dengan
pendapatmu, janganlah berpaling dari mereka. Semua mencari kebenaran, dan ada
banyak jalan yang menuju ke sana. Kebenaran memiliki banyak aspek, tetapi
kebenaran selalu tetap satu.”-------‘Abdu’l-Baha
·
Kesatuan
Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua
manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan
baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mencela prasangka
ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu
keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.
·
Sifat Roh dan Kehidupan
Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang
ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh
itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan
kepada-Ku mengenai hakikat roh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah
tanda Tuhan, sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh
orang-orang yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya,
yang dapat berharap untuk membuka rahasianya.”
Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat
dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan
oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa,
disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan
pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan
sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta
kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati[6].
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa realitas rohani setiap
manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian, roh manusia akan
melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati
ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka, kelak
sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka.
Bahá’u’lláh bersabda:
“Ketahuilah olehmu bahwa roh,
setelah berpisah dari tubuhnya, akan terus maju hingga mencapai hadirat Tuhan
... Roh itu akan ada selama berlangsungnya kerajaan Tuhan, kedaulatan-Nya,
kekuasaan dan kekuatan-Nya. Ia akan memperlihatkan tanda-tanda Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, dan akan mewujudkan kasih sayang dan kedermawanan-Nya. Gerakan
pena-Ku terhenti tatkala ia berupaya untuk menggambarkan dengan patut keluhuran
dan
kemuliaan kedudukan yang maha
tinggi itu… Diberkatilah roh yang pada saat berpisah dari tubuhnya, disucikan
dari segala khayalan sia-sia semua kaum di dunia. Roh semacam itu hidup dan
bergerak sesuai dengan Kehendak Penciptanya, dan memasuki Surga Yang Maha
Tinggi. Bidadari-bidadari Firdaus, para Penghuni Surga Terluhur, akan
berkeliling di sekitarnya, dan Nabi-nabi Tuhan serta orang-orang pilihan-Nya,
akan bergaul dengannya. Roh itu akan dengan bebas bercakap-cakap dengan mereka,
dan akan menceritakan kepada mereka apa yang telah dialaminya di jalan Tuhan, Tuhan
sekalian alam … Para Nabi dan Rasul Tuhan telah diutus hanya dengan tujuan
membimbing umat manusia ke jalan lurus kebenaran. Maksud yang mendasari wahyu
semua Nabi dan Rasul itu adalah untuk mendidik semua manusia, agar pada saat
kematiannya manusia dapat naik dalam keadaan yang paling suci dan murni serta
lepas dari segala-galanya, ke hadapan takhta Yang Maha Tinggi ... ”[7]
“Alam baka berbeda dengan alam
in,i seperti halnya alam ini berbeda dengan alam janin yang masih berada dalam
kandungan ibunya. Ketika roh mencapai Hadirat Tuhan, ia akan mendapatkan wujud
yang paling cocok dengan keabadiannya dan yang pantas bagi kediaman
surgawinya.”
Ganjaran dan hukuman sangatlah perlu agar ada
tata tertib di dunia.ganjaran dan hukuman adalah konsekuensi yang wajar bagi
perbuatan-perbuatan kita.para perwujudan Tuhan telah mengajarkan kepada kita
mengenai kehidupan setelah mati dalam kiasan tetapi Bahaullah bersabda bahwa
kita sudah siap untuk mengetahui arti sebenarnya dari surga dan neraka.dua
kenyataan penting yang harus kita ingat adalah:
I.
Jiwa kita kekal
dan terus hidup setelah kita mati
II.
Akibat-akibat dari
perbuatan kita di dunia akan berlangsung terus bahkan setelah roh kita
meninggalkan badan[8]
·
Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia kesempatan yang sama bagi
perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan. Wanita dan pria adalah bagaikan dua belah sayap dari burung
kemanusiaan. Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat
di wujudkan bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulah terus mendesak kaum pria untuk menyadari dan memberikan
rumus penuh dengan
kesempurnaan laten dalam diri[9]
·
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga umat agama-agama
lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan secara individu,
serta untuk berpuasa selama periode tertentu. Selain sembahyang wajib, terdapat
pula banyak doa dan Tulisan Suci lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan
dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian itu membantu orang-orang Bahá’í
untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu mengenal dan menyembah Tuhan dan
berkembang secara rohani
·
Rumah
Ibadah Agama Baha’i
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana
yang berasal dari sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah
ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár,
yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah
ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk
berdoa dan bermeditasi bagi individu dan masyarakat. Saat ini, rumah ibadah
Bahá’í sudah ada di setiap benua di dunia: di New Delhi, India; di Apia, Samoa
Barat; di Kampala, Uganda; di Sidney, Australia; di Panama City, Panama; di
Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; dan di Frankfurt, Jerman. Di seluruh
dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi tempat akan didirikannya
rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan datang setiap masyarakat
Bahá’í setempat akan mempunyai rumah ibadahnya sendiri.
·
Perkawinan
Baha’i
Kita
telah melihat bahwa tidak ada kehidupan biarawan dalam agama bahai.perkawinan
adalah suatu lembaga yang penting dalam agama bahai.dalam kitab aqdas bahaullah
bersabda:
“kawinlah
wahai orang-orang,agar muncul darimu dia yang akan mengingat daku diantara
hamba-hambaq”
Syarat-syarat yang diperlukan dalam
perkawinan:
1)
Pria dan
wanita harus setuju untuk menikah satu sama lain(tidak ada paksaan)
2)
Kedua
mempelai harus mendapatkan restu dari orang tuanya apabila masih hidup
Jika syarat itu sudah lengkap kedua
mempelai harus memberi tahukan kepada majlis Rohani setempat mengenai maksudnya
agar majlis rohani bisa mengirimkan wakil untuk menyaksikan perkawinan
itu.dengan disaksikan oleh beberapa orang dari pihak pria dan beberapa orang
dari pihak wanita.keduanya harus mengucapkan kata-kata berikut:
“Kita
semua sesungguhnya Tuduk akan kehendak Tuhan”
Setelah itu pria dan wanita menjadi suami istri dan tanggal
perkawinan dicatat oleh majlis setempat.[10]
Ø
Tulisan
Suci Agama Baha’i
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah
masih tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli
yang disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas
keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara tahun 1853-1892, Bahá’u’lláh
mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu Ilahi; tujuan
hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati; hukum-hukum dan
prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan kondisi dunia serta
masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci Bahá’u’lláh,
kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan surat-surat
yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í kini dapat
dibaca dalam lebih dari 800 bahasa.
Ø Hari Besar Agama Baha’i
tanggal
|
Hari raya
|
21 maret
|
Hari raya Naw-Ruz(tahun baru)
|
21 April
|
Hari Raya Ridwan pertama,pengumuman
Bahaullah(1863)pukul 03.00 sore
|
29 April
|
Hari raya Ridwan ke sembilan
|
02 Mei
|
Pengumuman bab(1844) 2 jam 11 menit
setelah matahari terbenam pada tanggal 22 mei/hari lahir abdul baha
|
29 mei
|
Hari wafatnya Bahaullah(1892)pukul
03.00 pagi
|
09 juli
|
Kesyahidan bab(1850)pada tengah hari
|
20 oktober
|
Hari lahir bab(1819)
|
12 November
|
Hari lahir Bahaullah(1817)
|
26 November
|
Hari perjanjian
|
28 november
|
Hari wafatnya Abdul baha(1921)pukul
01.00 pagi
|
26 Feb-1 maret
|
Ayami-ha(hari hari sisipan)
|
2-20 maret
|
puasa[11]
|
[2]
Leo christie,konsep roh dalam agama
baha’i hal.10-15(skripsi)
[3]
Leo christie,konsep roh dalam agama
baha’i hal.18(skripsi
[4]
Leo christie,konsep roh dalam agama
baha’i hal.25-27(skripsi)
[5]
Leo christie,konsep roh dalam agama
baha’i hal.30(skripsi)
[6]
Agama Bahai,e-book
[8]
Husmand Fathea’zam,Taman Baru hal.90
[9]
J.E esslemont,Bahaullah and the New Era,hal 99
[10]
Husmand Fathea’zam,Taman Baru,hal
179-181
[11]
Leo christie,konsep roh dalam agama
baha’i hal.10 akhir(skripsi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar