A. PERIODE
ARCHAE, 1100-750 SM[1]
Saat
banyak orang Mycenae melarikan diri sekitar 1200 SM, yunani memasuki Zaman
Arche atau. kondisi ini dimanfaatkan bangsa baru, orang Doria. Setelah jatuhnya
Mycenae tulisan menghilang, istilah zaman kegelapan mengacu kepada minimnya
catatan sejarah bukan minimnya pencapaian. Konon masyarakat baru memasuki Aegea
dari utara. Raja-raja bermunculan memerintah komunitas-komunitas kecil. Ini lah
cikal bakal Negara kota Yunani. Pujangga mulai mencetak mitos dan legenda yang
di tulis pada abad ke-8 SM, ketika para pemikir bahasa Yunani kembali
menulis.Kali ini dengan huruf varian fenesia.
Periode
Arkais dimpulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman
Kegelapan yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban
baca-tulis telah musnah dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani
mengadopsi alfabet Punisia,
memodifikasinya dan menciptakan alfabet
Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai muncul. Yunani
saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk
sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah
satu sama lain oleh laut atau pengunungan.
Perang Lelantin (710–650
SM) adalah konflik yang berlangung pada masa ini dan merupakan perang tertua
yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani kuno. Konflik ini adalah
pertikaian antara Polis
(negara kota)
Khalkis
dan Eretria
dalam memperebutkan tanah Lelantina yang subur di Euboia. Kedua
kota itu menderita kemunduran akibat lamanya perang, meskipun Khalkis menjadi
pemenangnya.
Kaum saudagar
berkembang pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan diperkenalkannya
mata uang koin sekitar 680
SM. Hal ini nampaknya menimbulkan ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum
aristokrat yang secara umum memerintah polis kini terancam oleh para
saudagar kaya, yang pada gilirannya menginginkan juga kekuasaan politik. Sejak
tahun 650 SM, para aristikrat harus berusaha supaya tidak digulingkan dan
digantikan oleh tiran
populis. Kata ini berasal
dari kata Yunani non-peyoratif, τύραννος "("tyrannos"),
bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini berlaku baik untuk pemimpin
yang bagus maupun yang buruk.
Populasi
yang bertambah dan kurangnya lahan nampaknya telah memicu perselisihan internal
antara kaum kaya dan kaum miskin di banyak negara kota. Di Sparta, Perang Messenia terjadi
dan akibatnya Messenia ditaklukan dan
penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada paruh kedua abad ke-8 SM,
dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno. Praktik ini
memungkinkan terjadinya revolusi sosial. Penduduk yang diperbudak, yang
kemudian disebut helot,
dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta, sementara semua lelaki
Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan
Sparta. Ini telah menjadikan Sparta sebagai negara yang
termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan
berlatih sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan
mengurangi potensi terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin.
Reformasi ini disebut-sebut dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan
kemungkinan selesai pada 650 SM.
Athena
menderita krisis tanah dan pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi
mengalami perang saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa
perubahan terhadap kode hukum pada 621 SM, tapi tindakan ini gagal meredakan
konflik. Pada akhirnya reformasi terjadi berkat Solon (594 SM), yang
memperbanyak tanah untuk orang miskin tapi menempatkan kaum aristokrat sebagai
pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat Athena stabil.
Pada
abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani,
antara lain Athena, Sparta, Korinthos, dan Thebes. Masing-masing menaklukkan wilayah pedesaan dan kota
kecil sekitarnya. Sementara Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan maritim
dan perdagangan terkemuka.
Pertumbuhan
penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah mengakibatkan perpindahan
penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani Besar
(Italia
selatan dan Sisilia),
Asia Minor
dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada abad ke-6 yang pada saat itu
dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang jauh lebih luas
dari negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota
pembangunnya, meskipun mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan
perdagangan.
Pada
periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan
juga di daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan
manufaktur. Periode ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di
Yunani dan koloninya. Beberapa studi memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah
tangga Yunani, pada periode 800 SM sampai 300 SM, meningkat sampai lima kali
lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam hal pendapatan para
penduduknya.
Pada
paruh kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam cengkeraman tirani Peisistratos
dan putranya; Hippias
dan Hipparkhos.
Akan tetapi pada tahun 510 SM pada pelantikan aristokrat Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I
membantu rakyat Athena menggulingkan sang tiran. Setelah itu Sparta dan Athena
berulang kali saling serang, pada suatu saat Kleomenes I mengangkat Isagoras
yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena. Untuk mencegah Athena menjadi negara
boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan suatu revolusi
politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban politik yang sama
tanpa memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi".
Gagasan ini disambut oleh warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah
berhasil menggulingkan Isagoras dan menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena
dengan mudah berhasil menangkal tiga kali serangan Sparta yang berusaha
mengembalikan kekuasaan Isagoras. Bangkitnya demokrasi memulihkan kekuatan
Athena dan memicu dimulainya 'masa keemasan' Athena.[2]
B. PERIODE
KLASIK, 600-337 SM[3]
Negara
kota Yunani berkembang dan mendirikan koloni-koloni di seantero Mediterania
sebuah aliansi Yunani yang dipimpin Athena dan Sparta serta sekutu mereka:
perang berakhir sekitar 30 tahun kemudian dengan kekalahan Athena pascaperang,
fhilip II dari Makedoneia berkuasa atas seluruh Yunani, puteranya Alexander
mendidrikan kekuasaan yang terbentang di seantero Asia dan India.
Yunani
kuno terdiri atas sejumlah Negara-Kota merdeka, masing-masing dengan hukum dan
adat istiadatnya sendiri. bangsa yunani menciptakan masyarakat baru bersama
dengan berbagai pemikiran baru. setiap negara-kota atau disebut polis ,
berkembang di dataran rendah. daerah pegunungan disekitarnya menjadi pembatas
sekaligus pertahanna alami mereka. para warga membangun dinding tinggi yang
kokoh disekeliling kota mereka, Akropolis (benteng) dibangun disebuah tempat
tinggi. dijantung setiap kota terdapat agora, yaitu ruang terbuka sebagai balai
pertemuan dan pasar.
Kota dan Koloni
Dua
negara-kota terpenting adalah Sparta dan Athena. selain itu kota lainnya ialah
korintus, kalkis, miletos, Smyrna, dan Eretria. setiap kota mengembangkan cara
hidup, adat istiadat dan bentuk pemerintahan sendiri. negara-negara kota itu
melakukan perluasan dengan membangun berbagi kloni di Utara laut hitam, di
kirena yang berada di pesisir afrika utara (libya), sisilia, Italia selatan,
bahkan hingga ke pantai selatan prancis dan spanyol. negara-negara kota itu
bersaing dengan ketat.
Kebudayaan Yunani
Bangsa
yunani membangun masyarakat baru dengan pemikiran baru. mereka gigih
memperjuangkan kemerdekaan, khususny6a dari bangsa Persia yang mengancam
yunani. sebagai bangsa pedagaang, palaut dan petualag, orang yunani banyak
mempengaruhi kebudayaan di brbagai negeri yang jauh. para filsuf dokter dan
ilmuan mengajarkan pola pikra baru yang berdasarkan hasl pengamatan dan
diskusi. tradisi npedesaan tersingkir ketika
kota-kota baru mendominasi wilayah tersebut. terbentuk kesenian,
arsitektur dan cabang ilmu baru. kota-kota seperti Korintus, Thebes, Samos dan
Bizantium juga berperan dalam pembentukan kebudayaan Yunani klasik.
C. PERIODE
HELENISTIK
Periode
Hellenistik bermula pada 323 SM, ditandai dengan berakhirnya penaklukan Aleksander
Agung, dan diakhiri dengan penaklukan Yunani oleh Republik
Romawi pada 146 SM. Meskipun demikian berdirinya kekuasaan Romawi
tidak memutuskan kesinambungan sistem sosial kemasyarakatan dan budaya Yunani,
yang tetap tidak berubah hingga bangkitnya agama Kristen,
yang menandai runtuhnya kemerdekaan politik Yunani.[4]
Ketika
Alexander Agung menaklukkan wilayah Persia maka dengan segera ia juga
menyebarkan kebudayaan Yunani. Mulai dari situlah karena tidak semua penduduk
di Persia dihabisi maka terjadi percampuran budaya Yunani dengan Persia dan
disebut dengan Budaya Helenistik. Meskipun kekuasaan Alexander terpecah menjadi
tiga kerajaan besar dan banyak wilayah kecil, pengaruh Yunani tetap terlihat
melalui Helenistik Yunani-politik, sastra, seni dan bahasa yang didukung oleh
pendidikan dan luasnya penggunaan tulisan. Bangsa Romawi pindah ke bekas kekuasaan
Alexander pada tahun 168 SM dan pada 86 SM menguasai Athena. Mereka terbukti
menjadi pendukung besar banyak aspek budaya Yunani.[5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar