Kamis, 30 Mei 2013

PERIODE PENTING ZAMAN YUNANI KUNO


A.    PERIODE ARCHAE, 1100-750 SM[1]
Saat banyak orang Mycenae melarikan diri sekitar 1200 SM, yunani memasuki Zaman Arche atau. kondisi ini dimanfaatkan bangsa baru, orang Doria. Setelah jatuhnya Mycenae tulisan menghilang, istilah zaman kegelapan mengacu kepada minimnya catatan sejarah bukan minimnya pencapaian. Konon masyarakat baru memasuki Aegea dari utara. Raja-raja bermunculan memerintah komunitas-komunitas kecil. Ini lah cikal bakal Negara kota Yunani. Pujangga mulai mencetak mitos dan legenda yang di tulis pada abad ke-8 SM, ketika para pemikir bahasa Yunani kembali menulis.Kali ini dengan huruf varian fenesia.
Periode Arkais dimpulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman Kegelapan yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia, memodifikasinya dan menciptakan alfabet Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai muncul. Yunani saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah satu sama lain oleh laut atau pengunungan.
Perang Lelantin (710–650 SM) adalah konflik yang berlangung pada masa ini dan merupakan perang tertua yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani kuno. Konflik ini adalah pertikaian antara Polis (negara kota) Khalkis dan Eretria dalam memperebutkan tanah Lelantina yang subur di Euboia. Kedua kota itu menderita kemunduran akibat lamanya perang, meskipun Khalkis menjadi pemenangnya.
Kaum saudagar berkembang pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan diperkenalkannya mata uang koin sekitar 680 SM. Hal ini nampaknya menimbulkan ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum aristokrat yang secara umum memerintah polis kini terancam oleh para saudagar kaya, yang pada gilirannya menginginkan juga kekuasaan politik. Sejak tahun 650 SM, para aristikrat harus berusaha supaya tidak digulingkan dan digantikan oleh tiran populis. Kata ini berasal dari kata Yunani non-peyoratif, τύραννος "("tyrannos"), bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini berlaku baik untuk pemimpin yang bagus maupun yang buruk.
Populasi yang bertambah dan kurangnya lahan nampaknya telah memicu perselisihan internal antara kaum kaya dan kaum miskin di banyak negara kota. Di Sparta, Perang Messenia terjadi dan akibatnya Messenia ditaklukan dan penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada paruh kedua abad ke-8 SM, dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno. Praktik ini memungkinkan terjadinya revolusi sosial. Penduduk yang diperbudak, yang kemudian disebut helot, dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta, sementara semua lelaki Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan Sparta. Ini telah menjadikan Sparta sebagai negara yang termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan berlatih sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan mengurangi potensi terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin. Reformasi ini disebut-sebut dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan kemungkinan selesai pada 650 SM.
Athena menderita krisis tanah dan pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi mengalami perang saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa perubahan terhadap kode hukum pada 621 SM, tapi tindakan ini gagal meredakan konflik. Pada akhirnya reformasi terjadi berkat Solon (594 SM), yang memperbanyak tanah untuk orang miskin tapi menempatkan kaum aristokrat sebagai pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat Athena stabil.
Pada abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani, antara lain Athena, Sparta, Korinthos, dan Thebes. Masing-masing menaklukkan wilayah pedesaan dan kota kecil sekitarnya. Sementara Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan maritim dan perdagangan terkemuka.
Pertumbuhan penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah mengakibatkan perpindahan penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani Besar (Italia selatan dan Sisilia), Asia Minor dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada abad ke-6 yang pada saat itu dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang jauh lebih luas dari negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota pembangunnya, meskipun mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan perdagangan.
Pada periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan juga di daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan manufaktur. Periode ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di Yunani dan koloninya. Beberapa studi memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah tangga Yunani, pada periode 800 SM sampai 300 SM, meningkat sampai lima kali lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam hal pendapatan para penduduknya.
Pada paruh kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam cengkeraman tirani Peisistratos dan putranya; Hippias dan Hipparkhos. Akan tetapi pada tahun 510 SM pada pelantikan aristokrat Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I membantu rakyat Athena menggulingkan sang tiran. Setelah itu Sparta dan Athena berulang kali saling serang, pada suatu saat Kleomenes I mengangkat Isagoras yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena. Untuk mencegah Athena menjadi negara boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan suatu revolusi politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban politik yang sama tanpa memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi". Gagasan ini disambut oleh warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah berhasil menggulingkan Isagoras dan menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena dengan mudah berhasil menangkal tiga kali serangan Sparta yang berusaha mengembalikan kekuasaan Isagoras. Bangkitnya demokrasi memulihkan kekuatan Athena dan memicu dimulainya 'masa keemasan' Athena.[2]

B.     PERIODE KLASIK, 600-337 SM[3]
Negara kota Yunani berkembang dan mendirikan koloni-koloni di seantero Mediterania sebuah aliansi Yunani yang dipimpin Athena dan Sparta serta sekutu mereka: perang berakhir sekitar 30 tahun kemudian dengan kekalahan Athena pascaperang, fhilip II dari Makedoneia berkuasa atas seluruh Yunani, puteranya Alexander mendidrikan kekuasaan yang terbentang di seantero Asia dan India.
Yunani kuno terdiri atas sejumlah Negara-Kota merdeka, masing-masing dengan hukum dan adat istiadatnya sendiri. bangsa yunani menciptakan masyarakat baru bersama dengan berbagai pemikiran baru. setiap negara-kota atau disebut polis , berkembang di dataran rendah. daerah pegunungan disekitarnya menjadi pembatas sekaligus pertahanna alami mereka. para warga membangun dinding tinggi yang kokoh disekeliling kota mereka, Akropolis (benteng) dibangun disebuah tempat tinggi. dijantung setiap kota terdapat agora, yaitu ruang terbuka sebagai balai pertemuan dan pasar.
Kota dan Koloni
Dua negara-kota terpenting adalah Sparta dan Athena. selain itu kota lainnya ialah korintus, kalkis, miletos, Smyrna, dan Eretria. setiap kota mengembangkan cara hidup, adat istiadat dan bentuk pemerintahan sendiri. negara-negara kota itu melakukan perluasan dengan membangun berbagi kloni di Utara laut hitam, di kirena yang berada di pesisir afrika utara (libya), sisilia, Italia selatan, bahkan hingga ke pantai selatan prancis dan spanyol. negara-negara kota itu bersaing dengan ketat.
Kebudayaan Yunani
Bangsa yunani membangun masyarakat baru dengan pemikiran baru. mereka gigih memperjuangkan kemerdekaan, khususny6a dari bangsa Persia yang mengancam yunani. sebagai bangsa pedagaang, palaut dan petualag, orang yunani banyak mempengaruhi kebudayaan di brbagai negeri yang jauh. para filsuf dokter dan ilmuan mengajarkan pola pikra baru yang berdasarkan hasl pengamatan dan diskusi. tradisi npedesaan tersingkir ketika  kota-kota baru mendominasi wilayah tersebut. terbentuk kesenian, arsitektur dan cabang ilmu baru. kota-kota seperti Korintus, Thebes, Samos dan Bizantium juga berperan dalam pembentukan kebudayaan Yunani klasik.

C.     PERIODE HELENISTIK
Periode Hellenistik bermula pada 323 SM, ditandai dengan berakhirnya penaklukan Aleksander Agung, dan diakhiri dengan penaklukan Yunani oleh Republik Romawi pada 146 SM. Meskipun demikian berdirinya kekuasaan Romawi tidak memutuskan kesinambungan sistem sosial kemasyarakatan dan budaya Yunani, yang tetap tidak berubah hingga bangkitnya agama Kristen, yang menandai runtuhnya kemerdekaan politik Yunani.[4]
Ketika Alexander Agung menaklukkan wilayah Persia maka dengan segera ia juga menyebarkan kebudayaan Yunani. Mulai dari situlah karena tidak semua penduduk di Persia dihabisi maka terjadi percampuran budaya Yunani dengan Persia dan disebut dengan Budaya Helenistik. Meskipun kekuasaan Alexander terpecah menjadi tiga kerajaan besar dan banyak wilayah kecil, pengaruh Yunani tetap terlihat melalui Helenistik Yunani-politik, sastra, seni dan bahasa yang didukung oleh pendidikan dan luasnya penggunaan tulisan. Bangsa Romawi pindah ke bekas kekuasaan Alexander pada tahun 168 SM dan pada 86 SM menguasai Athena. Mereka terbukti menjadi pendukung besar banyak aspek budaya Yunani.[5]


[1] Ensiklopedia Sejarah dan Budaya jilid 1, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009) h. 38
[3] Ensiklopedia Sejarah dan Budaya jilid 1, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009) h. 52
[5]Marni McGee. Menguak Rahasia Masa Lampau Yunani Kuno. Hal 10-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar